Hujan masih berderai airmata
Temenung laksamana
Melihat akan di sana
Apa kabar akan di bawa?
Merana mahupun bahagia
Maka dia bersuara
Bertanya-tanya pada pujangga
"Entahkan ada entahkan tiada
Hanya di beri keris pusaka
Melangkah berjuang menuntut bela
Rebah usah di cerita
Berawang-awang di minda
Jika ada kabarkan segera
Mana mentera penghapus segala?"
Pujangga, Pemula tiada bertentang mata
Melihatkan isi bicara ada didalamnya
Ingin bersuara
Sendiri bingung akan kabar di bawa
Entahkan ada entahkan tiada
"Dengarkan bacanya
Bangkit bangun putaran dunia
Rapat jangan biar beza
Satu dua tiga tiada
Atas bawah semua sama
Langit tinggi tanah rata
Tengahnya kosong hilang tiada
Angin datang buka mata
Lihat sekeliling gelap gelita
Itulah dia, dia ada
Jangan dibaca keluar suara
Walau diluar mahupun dalamnya"
Pujangga membacakan mentera
Laksamana Tunawisama
"Apa yang ada
Apa yang tiada
Mengapa seringkali ayahanda
Membaca akannya
Tertutup mata itu juga di lafaskannya
Sedang aku tidak memahami akan bacanya"
"Sabarlah laksamana
Esok lusa, satu masa
Pasti engkau akan faham akannya"
Ujar Pemula tiada
"Lihat di sana
Lautan bergelora
Ribut melanda
Ada juga batera
Berani merentasnya
Tidak terlintas akan merana
Sangup meredah apa sahaja
Asal keinginannya beroleh bahagia
Dia punya kehendak, punya rasa
Biarkan, jangan ditahan-tahan akannya
Pasti satu masa akan berhenti bahteranya
Berhentinya terpejam mata lena"
Pujangga mengolah bahasa
"Sampai bila
Harus aku menunggu kisahnya
Sampai bila
Aku mengerti akan bacanya
Sampai bila
Ujarkan pada hamba"
"Sampai engkau punya rasa tiada
Melihat segalanya
Punya kisah hanya dia
Dia punya kisah segala-galanya
Kau akan mengerti akan bacanya
Selagi engkau punya rasa
Ingin menakluk segala yang ada
Maka hentikan akan bacanya"
0 ulasan:
Catat Ulasan